Monday 28 March 2016

Dampak Kebudayaan Barat Dalam Islam Dan Respon Islam Terhadap Peradaban Barat

 A. KONSEP KEBUDAYAAN DALAM ISLAM
Istilah budaya dalam literatur keislaman Bahasa Arab sering disebut dengan istilah ”al-hadharah”. Secara ringkas al-hadharah artinya adalah thariqah mu’ayyanah fi al-’aiys (metode hidup yang khas), baik di bidang politik, ekonomi, sosial, pendidikan, dan sebagainya (Al-Qashash, 1996). Dan karena cara hidup yang khas itu lahir dari suatu pandangan hidup yang khas, maka substansi budaya (al-hadharah) sebenarnya adalah pandangan hidup yang khas (mafahim ’an al-hayah). Karena itulah sebagian pemikir muslim seperti Al-Qashash dalam Usus An-Nahdhah Ar-Rasyidah (1996) mendefinisikan al-hadharah sebagian sekumpulan pandangan hidup yang khas (majmu’ al-mafahim ’an al-hayah).
Dari sinilah dapat kita pahami batasan Budaya Barat (al-hadharah al-gharbiyah) dan budaya Islam (al-hadharah al-islamiyah). Budaya Barat merupakan sekumpulan pandangan hidup yang khas dari negara-negara Barat, seperti sekularisme, pluralisme, liberalisme, dan sebagainya. Sedangkan Budaya Islam merupakan sekumpulan pandangan hidup yang khas menurut perspektif Islam, seperti Aqidah Islam dan Syariah Islam beserta segala ide-ide cabangnya.
B.      DAMPAK KEBUDAYAAN BARAT DALAM DUNIA ISLAM
1.       Gambaran Dunia Islam
Setelah mengalami perjalanan sejarah yang cukup panjang, Islam mengalami kemajuan. Dinamika sejarah mengalami pasang surut. Semua itu merupakan bukti dari perkembangan sejarah  Islam dari masa ke masa.
Semangat Islam dari kaumnya sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan peradaban Islam. Semangat itu telah ditanamkan oleh Rasulullah SAW. Sejak awal perkembangan ajaran Islam hingga mencapai puncak kejayaannya. Ketinggian peradaban Islam juga didorong oleh adanya gerakan memperluas wilayah kekuasaan Islam. Di zaman Rasulullah ketika daerah Islam baru meliputi wilayah Arab, Peradaban Islam baru mempunyai corak bangsa Arab. Akan tetapi setelah zaman khulafaurrasyidin, Dinasti Umayyah, dan Dinasti Abbasiyah, bangsa-bangsa yang bernaung dibawah panji Islam menjadi aneka suku bangsa dengan aneka corak peradabannya.
Oleh karena itu, corak peradaban meliputi berbagai jenis, sesuai dengan corak peradaban bangsa yang dikuasai. Namun semuanya dapat dipadukan dalam satu payung peradaban besar, yaitu peradaban Islam.Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan peradaban Islam terjadi melalui berbagai proses akulturasi antara berbagai peradaban yang ada dibawah kekuasaan Islam dengan memasukkan ajaran Islam tanpa merubah sisi penting yang dimiliki oleh peradaban tersebut.
Namun, setelah kota Bagdad jatuh ke tangan bangsa Mongol peradaban Islam yang dulunya mencapai puncak kejayaannya, bukan hanya mengakhiri sistem kekhalifahan Abbasiyah dan dinasti-dinasti yang muncul kemudian. Tetapi juga merupakan awal keruntuhan dan kemunduran politik dan peradaban Islam yang sangat kaya akan khazanah ilmu pengetahuan pasca penyerangan bangsa mongol. Kemajuan-kemajuan Eropa dalam teknologi militer dan industri perang membuat kerajaan Usmani menjadi kecil di hadapan Eropa. Akan tetapi nama besar Turki Usmani masih membuat Eropa segan untuk menyerang atau menguasai wilayah-wilayah yang berada di bawah kekuasaan kerajaan Islam. Namun kekalahan besar Turki Usmani dalam peperangan di Wina pada tahun 1683 M, membuka mata Barat bahwa Turki Usmani telah benar-benar mengalami kemunduran jauh sekali.
2.       Berakhirnya kekhalifahan Turki Usmani
3 maret 1924, tepatnya 90 tahun yang lalu, Kemal at-Taturk melalui Majelis Nasional Turki menetapkan penghapusan Khilafah dan pengusiran Khalifah saat itu sekaligus menjadi yang terakhir, Abdul Majid II, ke luar Turki. Dengan demikian berakhirlah sistem Khilafah yang selama ini menyertai umat Islam selama 13 abad.
Berita tentang penghapusan dan pengusiran yang dilakukan oleh Kemal Ataturk ini segera menyebar ke luar Turki dan mengejutkan dunia Islam. Kemudian umat Islam di berbagai belahan dunia memberikan respon dalam berbagai bentuk dan saat itu muncul upaya agar Khilafah dapat tegak kembali.
Di Indonesia pun berita penghapusan Khilafah telah sampai dan mendapat respon dari ulama dan tokoh pergerakan Islam pada saat itu. Pada Mei 1924, dalam kongres Al-Islam II yang diselenggarakan oleh Sarekat Islam dan Muhammaddiyah. Dalam kongres yang diketuai Haji Agus Salim ini diputuskan bahwa untuk meningkatkan persatuan umat Islam maka kongres harus ikut aktif dalam usaha menyelesaikan persoalan Khalifah yang menyangkut kepentingan seluruh umat Islam.
Pertemuan tersebut ditindaklanjuti dengan diselenggarakan Kongres al-Islam Luar Biasa pada tanggal 24-27 Desember 1924 di Surabaya. Kongres ini dihadiri oleh para ulama dan 68 organisasi Islam yang mewakili pimpinan pusat maupun cabang. Ada tiga keputusan yang dihasilkan dari kongres ini :
  1. Pertama, wajib hukumnya terlibat dalam perjuangan Khilafah.
  2. Kedua, disepakati akan terus didirikan Comite-Chilafaat di seluruh Hindia-Timur (Indonesia).
3.       Dan terakhir, diputuskan akan mengirimkan tiga orang utusan sebagai wakil umat Islam di Indonesia ke Kongres di Kairo.
Namun sayang utusan ini gagal diberangkatkan karena kongres di kairo ditunda, selanjutnya nasib Khilafah menjadi tenggelam sejalan dengan pergolakan dunia saat itu yang sedang menuju ke perang dunia kedua. Dengan berakhirnya Khilafah ini mengubah secara total dunia Islam, belum pernah terjadi sebelumnya umat ini demikian terpecah-pecahnya, dulu setiap umat Islam ternaungi dalam Khilafah, namun dengan hilang Khilafah maka dunia Islam berdiri sendiri terpisah satu sama lainnya.
3.       Dampak kebudayaan Barat
Islam dan Barat, atau Barat dan Islam, adalah kisah benturan peradaban yang langgeng dan tak kunjung usai. Selama hampir 1300 tahun orang-orang Eropa memandang Islam sebagai ancaman Terbesar bagi peradaban dan kebudayaan mereka. Penyebab awalnya berkaitan dengan persoalan sistem kepercayaan yang berbeda, baru kemudian dikaitkan dengan masalah ekonomi, politik dan kebudayaan. Karenanya sejak itu pula mereka menyusun berbagai siasat dan strategi untuk menghancurkan dan memporak-porandakan kebudayaan serta peradaban Islam. Untuk memahami akar dari prasangka dan anggapan Barat bahwa Islam merupakan ancaman terbesar bagi peradaban dan kebudayaan mereka.
Dikatakan misalnya bahwa agama Islam tidak lebih dari aliran sesat dan bentuk kermutadan yang timbul dari agama Kristen. Dengan kata lain, Islam adalah ajaran Kristen yang menyimpang. Muhammad adalah nabi palsu, yang memperoleh pengetahuan agama dari seorang pendeta Kristen bernama Bahira. Kitab suci al-Qur`an pula dianggap sebagai kitab yang dibawa di atas tanduk lembu putih. Lebih jauh dikatakan bahwa Nabi Muhammad adalah tukang sihir yang berhasil meyakinkan orang banyak bahwa dia memperoleh wahyu dari Tuhan setelah melakukan ritual yang menjijikkan, yaitu melakukan hubungan seksual dengan banyak wanita di luar nikah.
Namun demikian pada abad ke-12, seusai Perang Salib I, keinginan mengetahui ajaran Islam secara lebih benar mulai muncul di kalangan terpelajar Eropa. Al-Qur’an mulai diterjemahkan ke dalam bahasa Latin, begitu pula karya-karya penulis Muslim Arab dan Persia. Terjemahan al-Qur’an pertama dalam bahasa Latin ditulis oleh seorang sarjana Inggris Robert dri Ketton pada tahun 1143 M. Kemudian pada abad ke-13 dan 14 M , upaya memahami ajaran Islam ditumpukan pada dua hal; Pertama, mencari kemiripan ajaran al-Qur’an dengan Bibel; kedua, menyusun alasan-alasan logis untuk mengecam Nabi Muhammad saw sebagai nabi palsu. Mereka berpendapat bahwa seseorang yang tidak memiliki mukjizat seperti Isa Almasih tidak layak mengaku diri sebagai Nabi dan Rasul Tuhan. Dua hal inilah yang menjadi target utama serangan pemuka agama Kristen terhadap kaum Muslimin dan agama Islam.
C.      RESPON ISLAM TERHADAP PERADABAN BARAT
1.       Pemikiran Para Cendikiawan

Cendekiawan terkemuka Muslim Muhammad Abed al-Jabiri (1999:73), Guru Besar Filsafat dan Pemikiran Islam-Arab pada Muhammad V University Maroko, berpendapat bahwa hubungan antar peradaban tidak bersifat konfrontasi, tetapi interpenetrasi. Bahkan konfrontasi dan konflik lebih sering dan destruktif dibandingkan konfrontasi antar negara-negara dengan peradaban berbeda. Buktinya, dua kali perang dunia terjadi dalam peradaban Barat, disebabkan oleh konflik kepentingan (conflicts of interensts)
2.       Kaidah Islam Menyikapi Budaya Asing
Kehidupan yang tidak wajar seperti sekarang ini tentu akan menimbulkan kehancuran bagi tiap-tiap individu muslim. Kecuali mereka yang mampu bertahan dan berpegang teguh dengan Budaya Islam serta mampu bertahan dari cengkeraman dan dominasi budaya sekuler. Di sinilah diperlukan pemahaman tentang kaidah-kaidah Islam dalam menyikapi budaya Barat sekular saat ini, agar seorang muslim dapat istiqamah berbudaya Islam dan tidak terjerumus ke dalam Budaya Barat yang sesat.
Berikut ini di antara kaidah-kaidah Islam dalam menyikapi budaya asing seperti Budaya Barat sekular :
a.       Islam wajib dipahami sebagai agama yang komprehensif (syumuliyah)
b.      Aqidah Islam adalah asas / sumber bagi segala pemikiran Islam
c.       Aqidah Islam adalah standar untuk menilai benar salahnya segala pemikiran yang ada di dunia
d.      Syariah Islam (halal / haram) adalah standar untuk menilai segala perbuatan muslim.

Daftar Pustaka :
Empiris network (2014). Kebudayaan Barat. from http://empiris-homepage.blogspot.com/2008/02/kebudayaan-barat-sebuah-tinjauan-kritis.html. 15 Desember 2014.
Khilafah Rasyidah (2011). Kaidah-Kaidah Islam Menyikapi Budaya Asing. From http://yadialjawi.blogspot.com/2011/07/kaidah-kaidah-islam-menyikapi-budaya.html. 15 Desember 2014.

NOVITA ~ NADIYAH'S BLOG (2011). DETIK-DETIK AKHIR KEJATUHAN KHILAFAH ISLAMIYAH ( 3 MARET 1924 ). TRAGEDI KELAM YANG MENJADI AWAL MALAPETAKA BAGI KAUM MUSLIM.from http://n21imuth.wordpress.com/2011/03/02/detik-detik-akhir-kejatuhan-khilafah-islamiyah-3-maret-1924-tragedi-kelam-yang-menjadi-awal-malapetaka-bagi-kaum-muslim/. 15 Desember 2014.

No comments:
Write comments